Sabtu, 27 Oktober 2012



Makam Mahligai terletak di areal seluas 3 hektare di atas perbukitan Desa Dakka, Kecamatan Barus Induk. Makam Mahligai didirikan oleh Tuan Syekh Siddiq. Setelah dia mengkat jenazahnya juga dikebumikan di komplek pemakaman tersebut.

Jumlah makam yang terdapat di tempat di tempat bersejarah itu, dip[erkirakan lebih kurang 215 makam dengan batu nisan yang besar dan kecil. Makam tersebut dengan ukiran bergaya Arab.


Salah satu makam di komplek ini adalah makam Tuan Syekh Rukunuddin, wafat malam 13 Syafar, Tahun 48 Hijiriah (48 H) abad ke 7 M. dalam usia 102 Tahun, 2 bulan, 10 hari.

Bahkan, jelasnya, dari berbagai ukiran terdapat di batu nisan itu, yakni aksara Arab kuno, aksara Parsi banyak yang sudah tidak dapat terbaca lagi bagi wisatawan dan pengunjung yang datang ke lokasi ini.

Seluruh makam ini menunjukan fakta sejarah sekitar abad ke 7 Masehi, agama Islam telah ada di kota Tua Barus, dan melihat tahunnya, Barus merupakan awal mula masuknya Islam di Indonesia, jauh lebih tua dari sejarah Wali Songo di Pulau Jawa.

Menurut Jaharuddin, kata Mahligai bukanlah tak bermakna apa-apa. Dalam bahasa Arab, Mahligai berasal dari Almahligai yang artinya pendatang. Makam Mahligai berarti makam pendatang. Tapi dalam beberapa pendapat lain disebutkan, Mahligai berarti istana kecil, konon kabarnya di daerah ini pernah ada istana kecil.


“Barus dulunya memiliki pelabuhan besar dan terkenal hingga ke Arab dan Eropa. Di kawasan inilah sempat berdiam aulia-aulia yang dimuliakan. Ada 44 Aulia yang dimulaikan yang makamnya ada di Barus. Yang pertama Syech Mahmus di Makam Papan Tinggi dan di Makam Maligai ada makam Syech Rukunuddin,” jelas Jaharuddin (penjaga makam).

Selain Makam Papan Tinggi dan Makam Mahligai, terdapat juga banyak makam yang memperkuat keyakinan bahwa daerah bukit-bukit mulai dari Desa Lobu Tua ke arah Utara, Selatan sampai ke ujung bukit makam mahligai ini, kemudian ke Timur sampai ke Desa Patupangan melalui Desa Pananggahan sudah berusia ribuan tahun. Diperkirakan pula, dulunya semua kawasan ini adalah tepian pantai.




Makam lainnya yang disebut juga Aulia-aulia 44 Negeri Barus adalah Makam Tuan Batu Badan, yang terletak di atas bukit Desa Bukit Hasang, sekitar 2 kilometer dari Kota Barus. Makam di Bukit Patupangan, di Kedai Gedang, di Janji Mariah, di Sosor Gadong, di Kampung Solok dan di Uaratan, di Kinali  pinggir Sungai Aek Sirana, di Sitiris-tiris, di Manduamas dan di perbatasan Aceh Selatan. Tapi saya tak punya cukup waktu untuk melihat seluruh makam para Aulia Islam ini.

Menyaksikan pemakaman ulama-ulama besar ini membuat saya merasa begitu kecil. Sayangnya, terasa banyak sejarah yang hlang karena hingga kini kisah sejarah besar itu masih simpang siur. Perhatian Pusat pun terasa minim, padahal jika situs-situs ini tak mendapat perhatian serius, sejarah pun bisa pupus.

Seperti ungkapan Erich Fromm, ‘Sejarah manusia dari kebudayaan-kebudayaan yang tinggi, yang rontok karena mereka tidak mampu melakukan reaksi sukarela yang terencana dan rasional untuk menghadapi tantangan.

3 komentar :

  1. Pemerintah sudah seharusnya memperhatikan semua benda-benda bersejarah di negeri ini, tidak terkecuali BARUS, sebab barus merupakan kota tua yang penuh dengan sejarah dan ribuan tanda tanya. Tidak bisa dipungkiri bahwa fakta menunjukkan dengan banyaknya batu nisan para aulia tersebut merupakan salah satu fakta bahwa Islam memang sudah ada sejak dahulu kala sebelum Indonesia ada.
    Saya sangat mendukung sekali atas blog yg dibuat ini, mari kita promosikan BARUS Sebagai objek wisata yg pantas dikunjungi bagi para pelancong, baik lokal maupun luar. Kalau pemerintah daerah mendukung barus sebagai objek wisata, saya yakin BARUS pasti akan lebih maju seperti daerah-daerah lainnya. mudah-mudahan, salam kenal dari AZWARMAN DI Jakarta

    BalasHapus
  2. salam kenal dari dakka di sulawesi barat,, sekedar bertanya dakka di sana aritnya apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dakka itu bahasa Batak, yang artinya Cabang. Sebenarnya nama kampung itu adalah Aek Dakka, artinya Air(sungai) Bercabang, karena di kampung itu titik cabang dua sungai ke hilir Barus

      Hapus